Tuesday, March 10, 2015

MODEL: Profesi Glamour yang Membutuhkan Dedikasi Tinggi





MODEL: Profesi Glamour yang Membutuhkan Dedikasi Tinggi

Kesan apa yang ada bila kita menyaksikan seorang model bergaya di catwalk? Cantik? Tubuh yang proporsional? Menarik? Apa lagi? Apakah pernah terpikir oleh kita: berapa jam kerjanya, berapa incomenya, bagaimana karirnya, singkatnya bagaimana dia mengelola kerjanya?

Acara peragaan busana Xsml di Decorous, diadakan 2-2-2000, jam 8 malam. Rencana gladi resik, pukul 10 pagi. Entah mengapa, pada pukul 7 pagi, salah seorang model sudah muncul, standby di lokasi. Kemudian, tepat pada jam 10 pagi, gladi resik dimulai. Untuk sekadar “berjalan” dalam sebuah show ternyata latihan, koordinasi, pose dan make up, yang perlu dipersiapkan, ternyata tidak dengan mudah dapat langsung diterapkan tanpa latihan. Terutama bila show menampilkan tema tertentu.

Gladi resik berjalan berulang-ulang, diselingi makan siang, istirahat sambal mengobrol sesame model, dan berakhir kira-kira pukul 15.00, satu jam sebelum waktu berhias di mulai. Para model boleh beristirahat dan bebas, namun banyak yang tidak bisa meninggalkan lokasi karena waktu yang terlalu singkat. Kesibukan berhias segera terjadi pada pukul empat, karena para model perlu menampilkan sesuatu yang baru, prima, sesuai dengan tema show. Peragaan yang memukau penonton akhirnya terjadi, tanpa ada yang menyadari bahwa saat-saat ini hanyalah akhir dari jam kerja seorang model.
Sumber: fashionmiz.com
Analisa professional pekerjaan model:
Berapa jumlah jam kerja model, dalam kasus ini? Untuk show ini, ia membutuhkan 13 jam kerja dari waktunya, dan secara serius memanfaatkan kira-kira 8 jam kerja, latihan dan berjalan. Memang banyak waktu yang dimanfaatkan untuk menunggu, tetapi dalam hal ii seorang model tidak bisa memanfaatkan waktu ini untuk mengerjakan profesi lain. Jadi waktu ini perlu dimasukkan di dalam jam kerjanya. Berapa upah seorang model, dan bagaimana orang menghitungnya? Setiap job ditawarkan pada seorang mmodel berdasarkan per kali jalannya. Fee berkisar antara 300-500 ribu (tahun 2000), untuk para senior. Dihitung dari jam kerjanya, maka model hanya dapat menerima satu atau maksimum dua pekerjaan dalam satu hari. Ini pun dengan disiplin waktu yang sangat ketat. Untuk seorang model yang sedang berada pada “top performance” maka biasanya dalam sebulan ia bisa bekerja, hampir setiap harinya. Ini berarti bahwa pendapatan bisa berkisar 3-4 Juta sampai 6 Juta rupiah. 

Untuk menaikkan fee sesuai dengan jam terbang dan keahlian sebenarnya seorang model memang perlu mengandalkan porto folionya. Pengalaman terpilihnya seorang model untuk berpartisipasi dalam show Gianni Versace, tentunya perlu menjadi bahan pertimbangan pemberi kerja, dan dapat dijadikan alasan bagi si model untuk menaikkan standarnya. Di Indoneia, di mana pasar peragaan masih mengamang dan belum terlalu kompetitif hal ini sulit dilakukan. Dari segi pemberi kerja, ada kecenderungan untuk menawar fee semurah-murahnya. Di lain pihak model juga sering tidak berada dalam posisi tawar menawar yang menguntungkan, sehingga fee menjadi sangat situasional. Hal ini tidak berlaku pada model berreputasi yang benar-benar meledak. 

Sumber: www.tempo.co
“Di luar negeri misalnya di Singapore”, tutur seorang model berpengalaman, “tugas model lebih berat, kita perlu membereskan pakaian sendiri, kita perlu mengadakan persiapan sendiri, namun di lain pihak port folio sangat dihargai, dan setiap model dengan sendirinya sudah mempunyai kelas tersendiri tergantung pengalamannya merintis karir.” Bila seseorang sudah menentukan karirnya sebagai model, otomatis pengembangan menjadi agendanya perlu ada perhitungan cermat, berapa tahun ia kuat menahan karirnya di cat walk atau di depan kamera foto, kecuali ia sudah mempersiapkan profesi lain kemudian. Selain itu, upaya marketing, penentuan fee dan strategi memposisikan diri juga perlu dipikirkan seorang model. Kapan saat yang baik untuk bergabung dengan sebuah agency, dan kapan waktu untuk mempunyai manajer sendiri, apa untung ruginya.

Di abad 21 ini di mana semua aspek dalam hidup sudah menjadi global seorang model juga perlu memikirkan cara untuk memasarkan jasanya ke luar negeri. Bila dirasakan bahwa profesionalisme belum bisa tumbuh di dalam negeri, seperti kedisiplinan, penghargaan, kemandirian, maka tidak ada salahnya untuk memikirikan untuk bermukim di luar negeri, seperti yang dilakukan oleh Tracy Trinita, Abel dan kawan-kawan. Konsekuensi biaya hidup pun kemudian perlu diperhitungkan dengan cermat.

Penulis Eileen Rachman – EXPERD
Dimuat di majalah [aikon] media: asal pikiran terbuka, edisi 110, Maret 2000

No comments:

Post a Comment