MODEL: Profesi Glamour yang Membutuhkan Dedikasi Tinggi
Kesan apa yang ada bila kita menyaksikan seorang model
bergaya di catwalk? Cantik? Tubuh yang proporsional? Menarik? Apa lagi? Apakah
pernah terpikir oleh kita: berapa jam kerjanya, berapa incomenya, bagaimana
karirnya, singkatnya bagaimana dia mengelola kerjanya?
Acara peragaan busana Xsml di Decorous, diadakan 2-2-2000,
jam 8 malam. Rencana gladi resik, pukul 10 pagi. Entah mengapa, pada pukul 7
pagi, salah seorang model sudah muncul, standby di lokasi. Kemudian, tepat pada
jam 10 pagi, gladi resik dimulai. Untuk sekadar “berjalan” dalam sebuah show
ternyata latihan, koordinasi, pose dan make up, yang perlu dipersiapkan,
ternyata tidak dengan mudah dapat langsung diterapkan tanpa latihan. Terutama
bila show menampilkan tema tertentu.
Gladi resik berjalan berulang-ulang, diselingi makan siang,
istirahat sambal mengobrol sesame model, dan berakhir kira-kira pukul 15.00,
satu jam sebelum waktu berhias di mulai. Para model boleh beristirahat dan
bebas, namun banyak yang tidak bisa meninggalkan lokasi karena waktu yang
terlalu singkat. Kesibukan berhias segera terjadi pada pukul empat, karena para
model perlu menampilkan sesuatu yang baru, prima, sesuai dengan tema show.
Peragaan yang memukau penonton akhirnya terjadi, tanpa ada yang menyadari bahwa
saat-saat ini hanyalah akhir dari jam kerja seorang model.
Sumber: fashionmiz.com |
Analisa professional pekerjaan model:
Berapa jumlah jam kerja model, dalam kasus ini? Untuk show ini, ia membutuhkan 13 jam kerja dari waktunya, dan secara serius memanfaatkan kira-kira 8 jam kerja, latihan dan berjalan. Memang banyak waktu yang dimanfaatkan untuk menunggu, tetapi dalam hal ii seorang model tidak bisa memanfaatkan waktu ini untuk mengerjakan profesi lain. Jadi waktu ini perlu dimasukkan di dalam jam kerjanya. Berapa upah seorang model, dan bagaimana orang menghitungnya? Setiap job ditawarkan pada seorang mmodel berdasarkan per kali jalannya. Fee berkisar antara 300-500 ribu (tahun 2000), untuk para senior. Dihitung dari jam kerjanya, maka model hanya dapat menerima satu atau maksimum dua pekerjaan dalam satu hari. Ini pun dengan disiplin waktu yang sangat ketat. Untuk seorang model yang sedang berada pada “top performance” maka biasanya dalam sebulan ia bisa bekerja, hampir setiap harinya. Ini berarti bahwa pendapatan bisa berkisar 3-4 Juta sampai 6 Juta rupiah.
Berapa jumlah jam kerja model, dalam kasus ini? Untuk show ini, ia membutuhkan 13 jam kerja dari waktunya, dan secara serius memanfaatkan kira-kira 8 jam kerja, latihan dan berjalan. Memang banyak waktu yang dimanfaatkan untuk menunggu, tetapi dalam hal ii seorang model tidak bisa memanfaatkan waktu ini untuk mengerjakan profesi lain. Jadi waktu ini perlu dimasukkan di dalam jam kerjanya. Berapa upah seorang model, dan bagaimana orang menghitungnya? Setiap job ditawarkan pada seorang mmodel berdasarkan per kali jalannya. Fee berkisar antara 300-500 ribu (tahun 2000), untuk para senior. Dihitung dari jam kerjanya, maka model hanya dapat menerima satu atau maksimum dua pekerjaan dalam satu hari. Ini pun dengan disiplin waktu yang sangat ketat. Untuk seorang model yang sedang berada pada “top performance” maka biasanya dalam sebulan ia bisa bekerja, hampir setiap harinya. Ini berarti bahwa pendapatan bisa berkisar 3-4 Juta sampai 6 Juta rupiah.
Untuk menaikkan fee sesuai dengan jam terbang
dan keahlian sebenarnya seorang model memang perlu mengandalkan porto folionya.
Pengalaman terpilihnya seorang model untuk berpartisipasi dalam show Gianni
Versace, tentunya perlu menjadi bahan pertimbangan pemberi kerja, dan dapat
dijadikan alasan bagi si model untuk menaikkan standarnya. Di Indoneia, di mana
pasar peragaan masih mengamang dan belum terlalu kompetitif hal ini sulit
dilakukan. Dari segi pemberi kerja, ada kecenderungan untuk menawar fee
semurah-murahnya. Di lain pihak model juga sering tidak berada dalam posisi
tawar menawar yang menguntungkan, sehingga fee menjadi sangat situasional. Hal
ini tidak berlaku pada model berreputasi yang benar-benar meledak.
Sumber: www.tempo.co |
“Di luar
negeri misalnya di Singapore”, tutur seorang model berpengalaman, “tugas model
lebih berat, kita perlu membereskan pakaian sendiri, kita perlu mengadakan
persiapan sendiri, namun di lain pihak port folio sangat dihargai, dan setiap
model dengan sendirinya sudah mempunyai kelas tersendiri tergantung
pengalamannya merintis karir.” Bila seseorang sudah menentukan karirnya sebagai
model, otomatis pengembangan menjadi agendanya perlu ada perhitungan cermat,
berapa tahun ia kuat menahan karirnya di cat walk atau di depan kamera foto,
kecuali ia sudah mempersiapkan profesi lain kemudian. Selain itu, upaya
marketing, penentuan fee dan strategi memposisikan diri juga perlu dipikirkan
seorang model. Kapan saat yang baik untuk bergabung dengan sebuah agency, dan
kapan waktu untuk mempunyai manajer sendiri, apa untung ruginya.
Di abad 21 ini di mana semua aspek dalam hidup sudah menjadi
global seorang model juga perlu memikirkan cara untuk memasarkan jasanya ke
luar negeri. Bila dirasakan bahwa profesionalisme belum bisa tumbuh di dalam
negeri, seperti kedisiplinan, penghargaan, kemandirian, maka tidak ada salahnya
untuk memikirikan untuk bermukim di luar negeri, seperti yang dilakukan oleh
Tracy Trinita, Abel dan kawan-kawan. Konsekuensi biaya hidup pun kemudian perlu
diperhitungkan dengan cermat.
Penulis Eileen Rachman – EXPERD
Dimuat di majalah [aikon] media: asal pikiran terbuka, edisi 110, Maret 2000
Dimuat di majalah [aikon] media: asal pikiran terbuka, edisi 110, Maret 2000
No comments:
Post a Comment