Available Levi's Jeans @TiranaHouse size 24-27 | Original | Limited |
Jeans memang menawarkan kenyamanan fisik maupun rasa percaya
diri untuk konsumennya. Kainnya tahan lama, relatif murah, enak dipakai, hangat
di musim penghujan dan tetap sejuk di musim panas – tidak mudah longgar dan
tidak mudah terlihat kotor. Lebih dari itu, jeans memiliki warna yang sangat
netral sehingga bisa dipadu dengan segala warna. Bahkan konsumen anak muda
sering menggosok jeansnya sampai kusam/belel dengan alasan mode.
Pesona jeans begitu dahsyat, karena selain efektif sebagai
pakaian, jeans bisa dipermak, dihias, disobek-sobek. Memang, jeans menawarkan
gaya dimana setiap orang bisa tampil beda seperti apa yang diinginkannya: bisa
terlihat feminine, maskulin, bersahaja, riang, demokratis, egaliter. Seorang
desainer muda Paris, John Galliano mengatakan bahwa satu-satunya garmen
terpenting di setiap masa adalah jeans.
Levi's Collection +tirana house |
Jika ditilik lebih dalam lagi, jeans merupakan ekspansi
budaya “leluhurnya”, yaitu Amerika yang identik dengan citra demokrasi,
menghargai hak asasi manusia dan perbedaan – berwawasan ke depan. Dan jeans memang
dapat ditemui dimana saja – dari pelosok pedesaan – pertambangan emas Afrika
Selatan – pegunungan Andes, Peru – hutan-hutan Kongo – sampai di catwalk Milan
atau New York. Jika jeans telah dipakai oleh manusia seantero bumi bukankah ini
sebuah bentuk usaha menyeragamkan manusia? Dan bukankah ini bertolak belakang
dengan citra jeans yang demokratis dan menghargai perbedaan manusia.
Citra atau image bisa saja membius konsumen, tetapi praktek
perluasan penjualan produk punya logika sendiri yang mensahkan pelanggaran hak
asasi manusia dan lingkungan alam. David Ransom, seorang penulis mengatakan
bahwa “sifat dari suatu benda bukan semata-mata citra yang ditawarkan,
melainkan fakta yang ada di baliknya”. Ada baiknya untuk menyimak kembali bahan
baku dan pembuatan jeans.
Jeans berbahan dasar katun yang diperoleh dari hamparan
perkebunan katun yang menutupi hampir
5% permukaan bumi. Dibanding tanaman
lain, pohon kapas memerlukan pestisida lebih banyak yang berarti kadar racunnya
lebih tinggi. Untuk menjadi kain, kapas harus diolah dengan berbagai macam
campuran zat kimia. Zat beracun dalam jumlah besar dihasilkan oleh industri
tekstil untuk proses pencelupan telah menyebabkan polusi udara, tanah dan air
yang sangat parah. Sebagian kota New Mexico dilaporkan telah hancur akibat
ekstraksi batu apung yang digunakan untuk “stone wash”.
Industri jeans juga banyak melibatkan pekerja wanita muda
yang dibayar sangat rendah, terutama di negara Guatemala, Bangladesh, atau di
daerah perdagangan kain kaum imigran di kota Los Angeles, New York, Toronto,
Sydney, London bahkan merambah ke Cina pada waktu itu. Harry Wu, seorang
aktivis hak asasi manusia Amerika mengatakan bahwa “apa yang berkembang di Cina
adalah iklim bisnis, tapi kenyataannya pelanggaran hak asasi manusia semakin
parah, pekerja paksa masih dipakai, tak ada organisasi buruh independen, dan
siapapun yang mencoba mengorganisasi buruh akan dijebloskan ke kamp-re edukasi”.
Levi's Collection +tirana house |
Tentunya ada produk jeans yang peduli terhadap hak asasi
manusia salah satunya Levi Strauss & Co. Perusahaan Levi’s pernah
membatalkan kontrak produksinya di Birma dan Cina karena ada pelanggaran hak
asasi manusia. Juga saat perusahaan ini mengetahui kontraktornya di Bangladesh
memperkerjakan anak-anak, perusahaan ini menawarkan pendidikan pada mereka.
Disamping itu ada produk jeans ramah lingkungan, yang terbuat dari rami buatan
Rumania, seperti misalnya produk jeans Hemp Union. Inspirasi pemakaian bahan
ini berasal dari asal muasal jeans yang awalnya terbuat dari rami dan
serat-serat yang tidak membutuhkan pestisida. Namun penggunaan rami untuk jeans
kerap dihadang oleh kampanye anti narkotika, karena rami adalah bahan dasar
marijuana. Untuk mengantisipasi hal ini, Hemp Union menulis di setiap produknya:
‘Jika Anda merokok kain ini, Anda hanya merasa pusing. SAVE THE PLANET’.
Membeli produk dengan kesadaran keadilan sosial dan cinta
lingkungan nampaknya belum menggejala pada konsumen Indonesia yang mungkin
disebabkan kurangnya pengetahuan tentang proses pembuatan produk. Tetapi
gerakan budaya macam ini mutlak diperlukan agar kesejahteraan sosial manusia
dan lingkungan alam bisa terselamatkan.
Sumber: Ransom, David. “Jeans: the big stich-up Fooled by
false labels, David Ransom sets off in pursuit of the politically correct pair”.
New Internationalist, Issue 302, June 1998.
Artikel ini dimuat di Majalah [aikon!] edisi 96, November
1998, halaman 6.
No comments:
Post a Comment